AKADEMISI KESEHATAN DI ACEH MELAKUKAN PENELITIAN DALAM PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA STUNTING

Banda Aceh, Senin 19 September 2022. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh mengadakan kegiatan diseminasi hasil penelitian yang berjudul “Analisis Determinan Faktor Stunting Dan Perumusan Model Strategi Intervensi Percepatan Penurunan Stunting di Aceh Tahun 2022”.

Diseminasi hasil penelitian ini melibatkan orang-orang hebat diantaranya yang berasal dari akademisi Politeknik Kesehatan atau Poltekkes Kemenkes Aceh, Universitas Syiah Kuala atau USK, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan atau Balitbangkes Aceh, dan Universitas Teuku Umar atau  UTU Meulaboh, Aceh Barat.  

Kegiatan ini dilakukan di Auditorium Lt. III direktorat Poltekkes Kemenkes Aceh, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar. Dilaksanakan pada Rabu, 19 Oktober 2022. Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Drs. Sahidal Kasri, M.Pd selaku sekretariat TPPS Aceh : Kepala Perwakilan BKKBN Aceh. Dihadiri langsung oleh mentor Bapak Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc. Ph.D dari IPB University, dihadiri juga perwakilan lintas sektor pemerintahan seperti Ketua Pergizi Pangan Aceh, Dinas Pangan Aceh, Dinas Kesehatan Aceh, staf BKKBN, UNICEF dan Bappeda Aceh, serta dihadiri oleh seluruh mahasiswa jurusan gizi Prodi D-III dan Prodi D-IV Gizi, perangkat lainnya termasuk ketua peneliti, wakil peneliti, dan anggota peneliti. Kegiatan dilakukan secara luring dan daring melalui aplikasi zoom cloud meeting.  

Kegiatan diseminasi penelitian tim Aceh ini didanai dari dana hibah ADB (Asian Development Bank) dan pengelola hibah PT. MADEP (Multi Area Desentralisasi Pembangunan) yang diketuai oleh Bapak Teguh Handoko.

TUJUAN

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui determinan yang menjadi faktor terjadinya stunting di Aceh dan disparitas faktor penyebab kejadian stunting, menganalisis kebijakan daerah untuk percepatan penurunan stunting di Aceh, serta merumuskan model dan strategi baru intervensi percepatan penurunan stunting di Provinsi Aceh tahun 2022. Seperti halnya sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021, tentang pecepatan penurunan stunting hingga 14% pada tahun 2024. Maka dari itu, tujuan ini menjadi suatu referensi/rujukan bagi Pemprov Aceh dan Pemkab/Pemko di Aceh tentang gambaran capaian indikator sensitif dan spesifik serta yang menjadi pengaruh penurunan prevalensi stunting balita di Aceh.

Hasil FGD 13 Kabupaten/Kota

Bapak Dr. Aripin Ahmad, S.Si.T., M.Kes selaku ketua tim peneliti Aceh beserta anggota peneliti sudah melaksanakan FGD ke 13 Kabupaten di Aceh, diantaranya Banda Aceh, Aceh Besar, Subulussalam, Abdya, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, bireuen, aceh timur, Aceh Utara, aceh tamiang, Aceh Tenggara dan Simeulue. Kabupaten yang dikunjungi merupakan Kabupaten dengan tingkat prevalensi stunting sangat tinggi.  Dengan melakukan FGD bersama seluruh lintas sektor yang terkait kita dapat menggali lebih dalam lagi penyebab terjadinya stunting di tiap-tiap Kabupaten itu seperti apa serta mencari solusi yang tepat dalam penanganan stunting ini.

Hasil Sampel di 13 Kabupaten/Kota

penelitian ini dilakukan di 13 kabupaten/kota yang dibagi dalam tiga regional lokus stunting di Aceh.

  1. Pertama, Regional Selat Malaka (Aceh Besar, Bireuen, Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, dan Pidie).
  2. Kedua, Regional Gayo-Alas (Gayo Lues, Bener Meriah, Aceh Tenggara, dan Aceh Tengah).
  3. Ketiga, Regional Samudera Hindia ((Simeulue, Nagan Raya dan Subussalam)

Penelitian ini menggunakan desain crossectional study, menganalisis cakupan indikator program intervensi spesifik dan sensitif dan korelasinya dengan prevalensi stunting.

SASARAN

Adapun sasaran penelitian sebagai berikut :

  1. Ibu hamil (CED) yang dapat PMT 92 Perpres No.72
  2. Ibu hamil yang mengonsumsi TTD 90 Perpres No.72
  3. Balita kurus yang mendapatkan PMT 92 Perpres No.72
  4. Kehadiran di Posyandu 90 Pemprov
  5. Ibu hamil K4 90 Perpres No.72
  6. Anak 6-59 bulan yang memperoleh vitamin A 100 Kemenkes
  7. Bayi 0-11 bulan yang telah diimunisasi Lengkap 95 Perpres No.72
  8. Balita diare yang dapat suplementasi zinc 90 Kemenkes
  9. Remaja putri yang mengonsumsi TTD 58 Perpres No.72
  10. Layanan ibu nifas 95 Perpres No.72
  11. Kelas ibu hamil 90 Perpres No.72
  12. Keluarga yang mengikuti bina keluarga balita 90 Perpres No.72
  13. RUTA dengan sumber air minum yang layak 100 Perpres No.72
  14. RUTA yang menggunakan sanitasi yang layak 90 Perpres No.72
  15. Orang tua yang mengikuti kelas parenting 90 KemenkesAnak usia 2-6 tahun terdaftar PAUD 93 Renstra Paud
  16. Rumah tangga peserta JKN/JAMKESDA 88 Perpres No.72
  17. KPM PKH yang mendapat FDS gizi 90 Kemensos
  18. Kelompok miskin sebagai penerima BPNT 100 Kemensos
  19. Desa menerapkan KPRL 80 Pemprov

POINT PENTING HASIL PENELITIAN DAN KEBIJAKAN-KEBIJAKAN STUNTING

  1. Indonesia sudah dalam kondisi triple burden, yang ketiga itu adalah kekurangan gizi mikro atau hidden hunger
  2. Ego sectoral masih menjadi penghambat dilapangan
  3. Masyarakat kurang awareness dan care terhadap penyebab terjadinya stunting
  4. Strategi pemerintah dalam upaya penanganan stunting adalah adalah :
    1. edukasi catin
    1. merubah perilaku (dibentuknya TPK “tim pendamping keluarga, 200 ribu diseluruh propinsi)
    1. meningkatkan konsumsi makanan bergizi
    1. meningkatkan akses air minum dan perbaikan sanitasi
  5. Faktor determinan :
    1. yang tinggal di perkotaan lebih rendah potensi stunting
    1. anak di atas 12 bulan stuntingnya lebih tinggi
    1. ibu dengan Pendidikan yang baik akan lebih rendah risiko stunting
  6. Belum semua daerah mempunyai akses terhadap air bersih
  7. Belum semua daerah mempunyai akses terhadap air bersih
  8. Penyebab anak stunting adalah kurang perhatian orang tua kepada anak sehingga anak yang kecanduan bermain gadget, dan mengurangi nafsu makan.
  9. Banyak sekali pantangan makanan selama hamil dan menyusui
  10.  Kelas ibu hamil telah dilaksanakan namun belum optimal.

KESIMPULAN

  1. Selat Malaka dan Regional Tengah mempunyai masalah dominan yang berbeda terhadap penanganan stunting;
  2. Prevalensi stunting di regional tengah lebih tinggi dan memerlukan penanganan khusus;
  3. Kerjasama lintas sektor sudah dijalin, namun pelaksanaan dilapangan belum optimal dan memerlukan penguatan dan kejelasan terhadap peran masing – masing;
  4. Kurangnya dukungan masyarakat untuk ikut serta sebagai bagian dari intervensi stunting
  5. Pengaruh adat istiadat tentang pantangan makanan tertentu masih tinggi
  6. Cakupan kelas ibu hamil regional samudera hindia 58,2%, regional gayo alas 39,6% dan regional selat malaka 70,27%.

Rekomendasi

  1. Perlu dilatih petugas secara berkala untuk bisa melakukan pengukuran dengan tepat sehingga data yang dihasilkan akan berkualitas;
  2. Perlu penguatan komunikasi tim TPPS
  3. Perlu ditambah tenaga gizi agar intervensi masalah gizi di desa bisa lebih optimal
  4. Penguatan komitmen dan leadership TPPS Aceh dalam pengorganisasian SDM, imple,entasi program, regulasi dan penganggran
  5. Perlu revisi regulasi pergub dan perbub
  6. Perlu intervensi khusus tehadap raegional di aceh yang sangat tinggi angka stunting
  7. Perlunya memasukkan materi tentang pemberian makanan bayi dan anak didalam kurikulum
  8. Perlunya payung hukum untuk membentuk kader ASI di setiap gampong.
  9. Penguatan kapasitas fasilitator kelas ibu hamil secara berkala dan tyerjadwal
  10. Pelaksanaan kelas ibu hamil lintas sector
  11. Kelas ibu hamil dengan konsep community centered

PENUTUP

Hasil akhir dalam kegiatan diseminasi yang diselenggarakan oleh tim peneliti aceh mendapat sambutan yang sangat baik oleh stakeholder terkait, pemangku kebijakan, pihak akademisi, dan masyarakat.